Eos R, Babak Gres Canon Di Ranah Mirrorless - Calon Teknisi | Free Download BIOS

Calon Teknisi | Free Download BIOS

Free download BIOS, Schematic, Boardview & Kursus Teknisi Laptop Online Interaktif.

Eos R, Babak Gres Canon Di Ranah Mirrorless

Share This
Canon EOS R. (Foto: Dok. Erwin Mulyadi)Canon EOS R. (Foto: Dok. Erwin Mulyadi)

Jakarta - Kamera Canon EOS R yakni kamera mirrorless pertama dari Canon yang bersensor full frame. EOS R gres ini boleh jadi yakni kamera untuk semua kalangan fotografer. Sebagai kamera mirrorless, EOS R menarik bagi generasi muda yang suka teknologi canggih.

Dengan sensor full frame, EOS R sanggup jadi alat kerja bagi profesional. Bodi yang weathersealed, menciptakan penyuka foto outdoor sanggup damai memotret dengan kamera ini. Dilengkapi video 4K, moviemaker dan sineas muda sanggup mengakibatkan EOS R kamera video yang sanggup diandalkan.

Memang sebagai pendatang baru, urusan ekosistem lensa yang native (RF lens) masih sangat terbatas, maka itu penggunaan adapter (sementara waktu) akan menjadi solusi bila ingin mencoba banyak sekali lensa Canon EF/EF-S.

EOS R dan lensa DSLR Canon EF 40mm f/2.8 dengan adaptorEOS R dan lensa DSLR Canon EF 40mm f/2.8 dengan adaptor. (Foto: Dok. Erwin Mulyadi)

Adaptor untuk memasang lensa DSLR Canon EF atau EF-S.Adaptor untuk memasang lensa DSLR Canon EF atau EF-S. (Foto: Dok. Erwin Mulyadi)


Ya, adapter dari Canon ini sanggup dipasang lensa EF-S juga, sesuatu yang dulu tidak sanggup dilakukan di DSLR full frame. Selain itu, adapter Canon ini ada tiga versi, yang basic, yang ada ring pengatur setting, dan yang ada slot filter.

Ketahanan baterai yang kerap jadi duduk kasus di kamera mirrorless disikapi Canon dengan menyediakan battery grip yang sanggup menampung dua baterai LP-E6N. Kamera ini sendiri selain menyediakan charger dalam paket penjuannya, juga sanggup diisi secara pribadi langsung ke bodi melalui port USB-C yang modern (dengan adaptor khusus yang terhubung ke jala listrik).

Desain dan ergonomi

Dua hal ini selalu jadi hal yang paling saya perhatikan sesudah mengamati kamera dari spesifikasinya. Mengapa? Karena spesifikasi cenderung hampir sama antar kamera di rentang harga yang sama, tapi desain dan ergonomi sanggup jadi akan berbeda.

Dua faktor ini, ditambah dengan tata letak tombol dan antarmuka yang gampang akan menciptakan kita memotret lebih enjoy, dan secara tidak pribadi sanggup berdampak ke hasil foto juga. EOS R sebagai kamera mirrorless memang lebih kecil dari DSLR misal 5D mk IV, tapi harus diakui kamera ini tidak kecil.

Canon EOS R tampak depan.Canon EOS R tampak depan. (Foto: Dok. Erwin Mulyadi)

 Canon EOS R dan RF 24-105mm f/4 IS Canon EOS R dan RF 24-105mm f/4 IS. (Foto: Dok. Erwin Mulyadi)


Desain EOS R lebih menyerupai EOS M50 hanya saja lebih besar, dan di tangan saya terasa pas ketika digenggam. Ada beberapa yang saya suka dari desain dasar dari EOS R menyerupai jendela LCD kecil di atas dan layar LCD lipat putar (bisa buat vlog).

Namun pengguna kamera ini akan perlu menyesuaikan diri dengan desain tombol dan roda di EOS R alasannya yakni berbeda cukup banyak dengan DSLR Canon, misal roda dial memang ada dua tapi keduanya posisinya diatas, kemudian ada tombol MODE (bukan roda Mode P-Av-Tv-M) dan tidak ada tombol pribadi ke ISO, WB, drive dll.

Sebagai gantinya, ada tombol M-Fn yang jikalau dikombinasikan dengan dua roda sanggup mengatur banyak hal juga menyerupai ISO, WB, drive dll. Selain tombol M-Fn, di belahan atas kamera masih dipenuhi tombol kecil lainnya menyerupai Movie, Lock dan tombol simbol lampu yang perlu difamiliarkan oleh pengguna semoga tidak salah tekan.

Yang unik di EOS R ini, meski tidak ada joystick, tapi menyediakan M-Fn (Multi-Function) bar, berupa panah kiri kanan yang sensitif sentuhan.

Untuk mulai memakainya kita perlu mendaftarkan dulu di sajian jikalau kafe ini mau dijadikan apa, misal untuk mengatur ISO, WB, fokus dan sebagainya. Selanjutnya kafe ini sanggup disentuh atau digeser menyerupai scrolling, menyerupai touch pad di laptop. Saat melihat hasil foto, kafe ini akan berfungsi berganti foto berikutnya atau sebelumya.

Di lensa juga ada ring pemanis yang sanggup diatur untuk fungsi tertentu, jadi misal ingin difungsikan untuk ISO maka dengan memutar ring di lensa kita sanggup pribadi mengubah ISO.

Bagian atas kamera terdapat LCD berisi informasi setting kamera dan juga tombol dan roda dial pengatur setting.Bagian atas kamera terdapat LCD berisi informasi setting kamera dan juga tombol dan roda dial pengatur setting. (Foto: Dok. Erwin Mulyadi)

Tampilan ketika mengganti setting tekan M-Fn kemudian putar roda dial.Tampilan ketika mengganti setting tekan M-Fn kemudian putar roda dial. (Foto: Dok. Erwin Mulyadi)


Untuk mengganti mode kamera, kita perlu menekan tombol MODE kemudian menentukan dari sekian banyak pilihan menyerupai Auto, P, Av, Tv, Manual, Bulb dan Custom 123. Dengan menekan MODE dilanjutkan menekan INFO akan membuka mode khusus Video termasuk video dengan pengaturan manual yang lengkap.

Ada yang agak beda di EOS R ini, dimana tidak ada lagi Scene mode, ataupun mode CA (Creative Auto) menyerupai di DSLR Canon atau mirrorless EOS M. Hilang juga aneka filter imbas digital menyerupai imbas fish-eye, toy camera, atau Grainy B/W.

Tapi sekarang ada yang gres di mode kamera EOS R, yaitu ada mode Fv, akronim dari Flexible value. Mode ini belum pernah ada di kamera Canon lain, dengan menggunakan mode Fv kita sanggup secara independen mengatur Shutter, Aperture, ISO dan Kompensasi Eksposur, tapi jikalau keadaan pencahayaan berubah dan kita tidak sempat atur setting, kita sanggup minta kamera carikan setting otomatis.

Saya pikir mode ini lezat untuk kita yang sering motret sambil jalan dengan pencahayaan tidak tetap, tapi ingin mengatur setting sendiri (tidak mau dipilihkan kamera), daripada pakai mode Manual yang kaku, maka mode fleksibel Fv ini boleh dicoba.


Kelebihan dan kekurangan Canon EOS R


Kekuatan utama EOS R berdasarkan saya yakni di keseimbangan antara hasil foto yang baik dengan sensor 30 MP, kinerja yang masih termasuk cepat (bisa 8 fps) dan auto fokus yang paling handal dengan Dual Pixel AF. Dari sisi fitur dasar, nyaris tidak ada perbedaan antara EOS R dengan DSLR EOS lain, menyerupai ada banyak sekali Picture style, Auto Lighting Optimizer, HDR, Bracketing, ISO Auto yang sanggup dikustomisasi, MF peaking, hingga pengolah RAW di kamera.

Saya suka akomodasi pengaturan di EOS R yang tetap user friendly, mulai dari pengaturan Quick (Q), penggunaan layar sentuh untuk banyak hal, dan sekarang ada ring pemanis di lensa yang sanggup diatur untuk fungsi tertentu.

Ohya bicara soal lensa, alasannya yakni saya hanya mencoba yang EF 24-105mm, berdasarkan saya dimensi lensa ini lebih kecil dari lensa 24-105mm milik DSLR alasannya yakni perbedaan di flange back, dan alasannya yakni di lensa RF ini tidak ada jendela indikator jarak fokus (digantikan dengan indikator di layar, hanya bila pakai mode MF).

Tampilan data teknis foto.Tampilan data teknis foto. (Foto: Dok. Erwin Mulyadi)


Secara umum beberapa fitur utama yang menarik dari kamera EOS R ini adalah:

  • Implementasi Dual pixel AF yang efektif, baik untuk AF Servo foto maupun video
  • AF yang tetap sanggup bekerja di keadaan kurang cahaya
  • Deteksi wajah dan deteksi mata (Eye AF)
  • Ada file C-RAW yang ukurannya lebih kecil
  • Video 4K 10 bit dengan Canon log, sanggup clean HDMI out, ada headphone out juga
  • Layar lipat putar efektif untuk vlog/selfie, sanggup dilipat menutup untuk keamanan juga
  • Memakai baterai yang sama dengan DSLR Canon pada umumnya, sanggup diisi daya via USB type C
  • Shutter akan menutup setiap kamera dimatikan, mencegah abu masuk ke sensor
  • Implementasi focus peaking yang bagus, sangat berkhasiat bagi yang ingin memasang lensa manual fokus
Namun ada juga beberapa hal yang saya rasakan agak kurang atau memang tidak ditemui di EOS R seperti:

  • Tidak ada built-in flash, termasuk tidak ada fitur wireless flash
  • Eye AF tidak berfungsi di AF Servo (mungkin dengan update firmware sanggup diatasi)
  • Silent shutter tidak sanggup digunakan ketika mode memotret kontinu (sama dengan diatas, mungkin solusinya nanti update firmware)
  • Video akan mengalami crop bila rekam pakai 4K dan/atau mengaktifkan Digital IS (dan tidak ada in-bodi stabilizer di EOS R)
  • Hanya ada satu slot SD card (sudah mendukung UHS II), sebagian profesional menghendaki adanya dual slot SD card

Kinerja dan hasil foto

Canon EOS R termasuk responsif dan semua proses masih termasuk cepat, menyerupai AF, shutter lag, proses menulis file ke memori dan melihat foto yang sudah diambil. Hanya saja start up kamera ini tidak secepat DSLR.

Kinerja shoot kontinudari kamera ini memang bukan untuk pewarta foto yang mengedepankan kecepatan, khususnya bila menggunakan AF Servo. Saya menduga, banyaknya titik fokus dan beban kerja Dual Pixel AF, membatasi kamera ini untuk sanggup memotret kontinu dengan cepat ketika AF Servo.

Tapi ketika menggunakan One Shot AF, kinerja shoot continuous meningkat jadi 8 fps yang sudah tidak mengecewakan cepat. Tidak terlihat ada blackout ketika memotret kontinu, apa yang tampil di layar tetap realtime meski setiap memotret akan ada jeda (live view akan berhenti sesaat).

Bicara hasil foto Canon EOS R, sudah bukan kejutan lagi jikalau kualitas fotonya akan menciptakan banyak orang senang, alasannya yakni sensor full frame dan warna khas Canon yang akurat. Dalam review ini saya ingin melihat menyerupai apa noise di ISO tingginya, khususnya ISO 3200 keatas.

Rentang ISO normal di EOS R yakni dari ISO 100 hingga ISO 40.000. Kaprikornus sesudah ISO 25.600 disediakan dua ISO lanjutan dengan kelipatan 1/3 stop yaitu ISO 32.000 dan ISO 40.000, dan bila ingin ISO 51.200 perlu diaktifkan melalui sajian nanti ada opsi ISO Low (50) atau ISO High 1 (51.200) dan High 2 (102.400).

Dalam prakteknya, ISO Low dan High ini sebaiknya dihindari alasannya yakni kualitas gambar akan dibawah standar. Bila mau pakai ISO Auto, saya pikir diatur batas atas hingga ISO 12.800 pun masih aman, secara visual noise yang tampak masih cukup sanggup diterima dan detail serta warna masih terjaga dengan baik.

Kelihatannya batas ambang antara kualitas dan noise ada di ISO 6400, yang mana relatif umum ditemui di kamera sensor full frame.

foto untuk menguji iso tinggi.foto untuk menguji iso tinggi. (Foto: Dok. Erwin Mulyadi)

canon iso tinggi.canon iso tinggi. (Foto: Dok. Erwin Mulyadi)


Kesimpulan

Canon EOS R menjadi pembuka sejarah babak gres masuknya Canon di segmen mirrorless full frame, sehingga terdapat alternatif pilihan bagi fotografer selain pilihan DSLR yang lebih dulu ada. Dari kualitas sensor (yang artinya kualitas hasil foto) saya lihat dengan 30 MP semestinya sudah memenuhi banyak kebutuhan, dan seimbang antara resolusi dan ukuran file (apalagi sekarang ada file CRAW yang lebih kecil dari RAW).

Ditambah Dual Pixel AF yang menjadi andalan utama dalam hal auto fokus (karena mirrorless tidak pakai modul AF khusus menyerupai DSLR) maka pengguna EOS R masih sanggup damai ketika berurusan dengan pengaturan dan pilihan mode fokus.

Ditambah dengan fitur video 4K, layar lipat putar, jendela bidik yang baik, bodi weathersealed, hingga penggunaan yang gampang (simpel user interface), semestinya kamera ini akan menarik minat banyak fotografer.

Hal yang akan menjadi tantangan bagi Canon (dan pengguna EOS R) yakni soal lensanya. Canon perlu menciptakan banyak lensa gres (RF lens), yang tidak saling kompatibel dengan lensa EF-M (mirrorless APS-C).

Harapannya sementara itu yakni penggunaan adaptor, sehingga lensa EF-bahkan EF-S, sanggup digunakan dengan normal menyerupai auto fokus, aperture dan IS, hanya saja adapter tentu menambah ukuran fisik lensa jadi tambah panjang.

Tantangan lain bagi Canon yakni kompetisi dengan pemain usang yang sudah lebih dulu menguasai market mirrorless full frame. Biasanya orang akan membandingkan hal-hal yang sanggup diukur, menyerupai megapiksel, kecepatan menembak, hingga hal-hal spesifik menyerupai jumlah slot kartu memori. Padahal angka-angka belum tentu berkaitan dengan hasil foto yang lebih baik, alasannya yakni foto yang baik faktornya sangat banyak.

Bagi saya yang mencoba kamera ini selama kurang lebih sepuluh hari, kamera ini terasa menyenangkan untuk dipakai, memberi hasil yang cantik secara teknis (saya tidak mencoba konversi RAW, jadi hanya JPG saja dan sudah terlihat memuaskan), dan kinerjanya cukup responsif.

Tentu ada saja pihak yang secara spesifik perlu fitur tertentu, misal IBIS untuk rekam video sambil berjalan, dual slot memori untuk profesional fotografer, megapiksel ekstra tinggi untuk komersil atau periklanan, dan sebagainya.

Bila EOS R ini ternyata belum sanggup memenuhi impian mereka, setidaknya EOS R masih sanggup memenuhi impian para casual photographer, penghobi dan praktisi foto video dan pemilik lensa-lensa Canon EF yang ingin mencicipi pengalaman menggunakan kamera mirrorless full frame dari Canon.

foto-foto hasil dari Canon EOS R dan lensa RF 24-105mm f/4.foto-foto hasil dari Canon EOS R dan lensa RF 24-105mm f/4. (Foto: Dok. Erwin Mulyadi)

foto-foto hasil dari Canon EOS R dan lensa RF 24-105mm f/4foto-foto hasil dari Canon EOS R dan lensa RF 24-105mm f/4. (Foto: Dok. Erwin Mulyadi)

foto-foto hasil dari Canon EOS R dan lensa RF 24-105mm f/4foto-foto hasil dari Canon EOS R dan lensa RF 24-105mm f/4. (Foto: Dok. Erwin Mulyadi)

foto-foto hasil dari Canon EOS R dan lensa RF 24-105mm f/4foto-foto hasil dari Canon EOS R dan lensa RF 24-105mm f/4,. (Foto: Dok. Erwin Mulyadi)

foto-foto hasil dari Canon EOS R dan lensa RF 24-105mm f/4foto-foto hasil dari Canon EOS R dan lensa RF 24-105mm f/4. (Foto: Dok. Erwin Mulyadi)

foto-foto hasil dari Canon EOS R dan lensa RF 24-105mm f/4.foto-foto hasil dari Canon EOS R dan lensa RF 24-105mm f/4. (Foto: Dok. Erwin Mulyadi)

foto-foto hasil dari Canon EOS R dan lensa RF 24-105mm f/4.foto-foto hasil dari Canon EOS R dan lensa RF 24-105mm f/4. (Foto: Dok. Enche Tjin)

foto-foto hasil dari Canon EOS R dan lensa RF 24-105mm f/4foto-foto hasil dari Canon EOS R dan lensa RF 24-105mm f/4. (Foto: Dok. Enche Tjin)

No comments:

Post a Comment